Anorectal Physiology Laboratory

Anorectal Physiology Laboratory

Anorectal Physiology Laboratory

Di bagian/halaman ini, anda dapat mengetahui lebih lanjut mengenai pelayanan laboratorium fisiologi anus dan dubur kami!

Bangkok-Phuket Colorectal Disease Institute adalah yang pertama di negara ini yang menawarkan pemeriksaan fisiologi untuk anus dan dubur berstandard internasional yang mencakup endorectal ultrasonografi, endoanal ultrasonografi, defecography (baik yang konvensional maupun jenis eccodefecography), Manometer Anus dan Dubur, Pudendal Nerve Terminal Motor Latency (PNTML), Elektromiografi Otot Sfingter Anus – Anal Sphincter Electromyography (EMG), dan terapi biofeedback. Pemeriksaan – pemeriksaan yang kompleks ini sangatlah penting dalam memperoleh hasil terbaik dalam perawatan ganguan usus besar dan dubur.

Ultrasonografi di Endorectal dan Endoanal adalah pemeriksaan bagian anus dan dubur menggunakan suara berfrekuensi tinggi. Pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa sakit, dilakukan dengan cepat dan sederhana bagi pasien rawat jalan karena tidak mengharuskan pembiusan apapun selama pemeriksaan ini. Tabung USG ini seukuran dengan sebuah jari yang dimasukkan ke dalam anus, dan kadang – kadang sebuah kateter balon (rectal balloon) juga digunakan. Jenis pemeriksaan ini umumnya di anjurkan untuk mengevaluasi keadaan pasien yang mengalami keluhan-keluhan sebagai berikut:

  • Kesulitan mengkontrol BAB
  • Turunnya usus besar dan menekan anus
  • Sembelit
  • Penyumbatan usus besar
Selain itu, pemeriksaan ini juga sangat berguna dalam tahapan sebelum operasi kanker, abses dan fistula di anus dan dubur. Untuk menelaah keadaan fistula yang terjadi, ada kemungkinan diperlukannya penggunaan Hidrogen Peroksida encer untuk memperjelas kondisi. Kemudian, USG dubur dan anus juga dapat dimanfaatkan untuk menentukan kelainan yang terjadi diluar dubur dan menindaklanjutinya agar tidak kambuh seletah pengobatan.
 

Manometer Anus dan Dubur – Anorectal Manometry

Anorectal Manometry adalah sebuah pemeriksaan yang digunakan untuk menentukan kondisi pasien yang mengalama gangguan konstipasi atau kesulitan mengkontrol BAB. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengukur tekanan di otot sfringter, keadaan dubur, kinerja dan gerak reflek alamiah yang seharusnya terjadi dalam pergerakan usus yang normal.

Anorectal Manometry merupakan prosedure yang aman, tanpa rasa sakit dan memiliki resiko yang kecil. Sebelum pemeriksaan dilakukan, satu atau dua dosis obat pencahar diberikan kepada pasien. Kemudian pasien tersebut berbaring dengan posisi miring ke kiri (posisi sim), dan sebuah tabung kecil dan lentur seukuran sebuah termometer dengan sebuah balon di ujungnya, dimasukkan kedalam dubur. Kateter atau tabung itu terhubung dengan sebuah mesin yang mengukur tekanan. Selama pemeriksaan, balon kecil yang melekat di ujung kateter akan di kembangkan dan memenuhi dubur guna mengukur reflek pembuangan yang terjadi. Perawat juga akan meminta pasien tersebut untuk mengkontraksi, mengendurkan/melemaskan/meregangkan dan mengejan sesekali waktu.

Defecography

Defecography adalah pemeriksaan yang memungkinan dokter untuk mem-visualisasi-kan apa yang terjadi ketika proses pembuangan terjadi di dubur. Sebelum pemeriksaan di jalankan, rongga anus diberi pelumas dan sebuah corong plastik yang lentur dimasukkan ke dubur melalui rongga anus. Kemudian, dubur dan rongga anus di isi dengan cairan Barium dan corong tersebut dikeluarkan. Cairan sinar X juga diisikan kedalam vagina. Pemeriksaan yang mungkin terkesan aneh ini dapat memberikan informasi – informasi penting yang dapat membantu pen-diagnosa-an gangguan tersebut. Defecography memberikan informasi–informasi penting tentang bagaimana kinerja usus besar dan dubur dalam pembuangan kotoran serta apakah ada penyimpangan struktur seperti :

  • Invaginasi dubur/terlipat kedalamnya dubur
  • Turunnya dubur/menonjolnya dubur keluar
  • Rectocele/Tonjolan di dubur
  • Enterocele/Turunnya usus karena pembuangan kotoran

Elektromiografi (EMG)

Elektromiografi pada otot sfringter anus dilakukan menggunakan elektroda buatan yang diletakkan di sekitar dan didalam rongga anus. Pasien diminta untuk meregangkan, mengkontraksi dan mengejan (seperti saat proses pembuangan kotoran) di waktu waktu tertentu. Aktifitas elektrik otot sfringter anus (yaitu katub otot yang terletak di mulut dubur) direkam dan ditampilkan pada layar komputer.

EMG pada otot sfringter anus memastikan kontraksi otot yang seharusnya terjadi pada pengkontraksian dan peregangan otot sewaktu mengejan. Informasi apakah otot tersebut berkontraksi dan meregang sewajarnya dapat membantu dalam memahami penyebab dari gangguan pembuangan anda. Pada orang yang kontraksi otot sfringter dan otot panggulnya tidak wajar, jejak rekam aktifitas elektriknya tidaklah menurun, melainkan justru meningkat selama proses pembuangan. Aktifitas EMG anus yang wajar namun dengan tekanan kontraksi yang rendah pada alat manometer dapat mengindikasikan robeknya otot sfringter.Sobekan pada otot ini mash mungkin untuk disembuhkan.

Pudendal NerveTerminal Motor Latency (PNTML)

Furthermore the test is also very useful for preoperative staging of anorectal cancer, anorectal abscess, and anorectal fistula. On order to study some fistulas, it may be necessary to use a diluted hydrogen peroxide contrast to better define the tract. In addition, anorectal ultrasound can be used to assess the extrarectal masses, and follow-up for recurrence of these diseases following treatment.

Anorectal manometry

PNTML adalah pemeriksaan yang mengevaluasi kontrol saraf otot sfringter anus (Saraf Pudendal). Dormansi saraf pudendal sebenarnya adalah pengukuran waktu dari saat saraf Pudendal di tulang belakang, dirangsang hingga munculnya respon dari otot sfringter anus luar. Dokter melakukan pemeriksaan dubur melalui sebuah elektroda kecil yang dipasang di jari telunjuk. Kemudian, saraf yang terdapat di dalam dubur dirangsang dengan aliran listrik bertegangan rendah. Aliran listrik ini akan menyebabkan otot sfringter berkontraksi. Sebuah komputer mengukur berapa lama yang dibutuhkan oleh otot tersebut untuk berkontraksi setelah saraf dirangsang. Kebanyakan orang tidak merasakan rangsangan tersebut. Namun, sebagian yang lain mungkin merasakannya sedikit. Pemeriksaan ini tidaklah menyakitkan dan hanya memerlukan waktu beberapa menit saja. Pemeriksaan ini merupakan alat diagnosa yang sangat berguna dalam kasus gangguan pengaturan buang air besar. Pemeriksaan ini juga telah digunakan sebagai alat memprediksi dalam kasus pemulihan dari penyakit Sphincteroplasty.

Terapi Biofeedback

Bangkok-Phuket Colorectal Disease Institute adalah satu-satunya pusat medis penyedia terapi biofeedback yang menggunakan alat manometer anus dan latihan khusus untuk otot diafgragma panggul. Terapi ini dapat memperkuat, meningkatkan kinerja dan kondisi otot–otot. Teknik ini juga dapat membantu perawatan gangguan kesulitan mengatur BAB.

Ada banyak hal yang menyebabkan konstipasi atau sembelit. Di beberapa kasus konstipasi yang dialami pasien, otot sfringter tidak meregang seperti seharusnya ketika mengejan. Ganguan fungsional otot ini dapat menyebabkan penyumbatan proses pembuangan. Otot–otot yang tidak meregang saat mengejan dapat dilatih kembali dengan teknik terapi biofeedback yang menggunakan manometer anus.